Selasa, 13 Desember 2011

Makalah Mata Kuliah Perencanaan Pengajaran_Penggunaan Metode, Sarana, dan Prasarana Dalam Mengajar


BAB I
PENDAHULUAN

A.                Latar Belakang Masalah
                 Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan berencana dengan tujuan mengubah perilaku yang dapat bertahan relatif menetap. Perilaku yang dimaksud dapat merupakan perwujudan dari pengetahuan, keterampilan, atau sikap yang diperoleh melalui pengalaman belajar. Dengan demikian, keberhasilan belajar terlihat pada perubahan yang berarti pada diri orang yang belajar (pemelajar). Secara lebih luas melalui belajar, seseorang diharapkan dapat memperoleh kemampuan untuk mengetahui, melakukan atau berbuat, membentuk jati diri, dan hidup bersama dengan orang atau kelompok lain secara harmonis.
     Oleh karena kegiatan belajar diperlukan sepanjang hayat maka setiap orang perlu memiliki kemampuan untuk belajar mandiri, dalam arti mengetahui dan terampil menerapkan cara belajar yang tepat, sehingga tidak bergantung lagi kepada orang lain.
Pembelajar, dalam hal ini guru, memegang peranan penting dalam merencanakan dan mengelola sarana, prasarana, keadaan, dan lingkungan belajar sehingga terjadi interaksi aktif antara pemelajar dan pembelajar, antar sesama pemelajar, dan antara pemelajar dengan sumber belajar. Interaksi yang demikian diperlukan untuk memberikan pengalaman belajar kepada pemelajar sehingga ia dapat mengingat, mengerti, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan menciptakan pengetahuan faktual, konseptual,posedural, dan metakognitif sesuai dengan jenjang dan tujuan pembelajaran.
Terdapat setidak-tidaknya tiga unsur utama yang saling terkait dalam menentukan keberhasilan pembelajaran yaitu, kondisi atau lingkungan belajar, metode pembelajaran, dan tujuan pembelajaran. Untuk mencapai keberhasilan pembelajaran secara optimal, guru perlu memperhatikan kondisi lingkungan pembelajaran, termasuk karaktistik peserta didik. Kondisi lingkungan yang berbeda memerlukan metode pembelajaran yang berbeda apabila tujuan pembelajaran adalah sama.

B.            Rumusan Masalah
                                    Untuk memberikan arahan dalam pembahsan makalah ini, maka permasalahan yang akan dibahas dirumuskan sebagai berikut.
1.               Metode apa saja yang cocok untuk diterapkan dalam mendidik peserta didik baik itu metode dalam mengajar maupun metode evaluasi
2.               Sarana apa saja yang dapat kita gunakan dalam mengajar
3.               Prasarana apa saja yang juga dapat berperan dalam proses pembelajaran
4.               Media apa saja yang dapat meunjang seorang guru dalam mengajar
5.               Apa sebenarnya perbedaan antara sarana, prasarana dan media terebut.
C.               Tujuan Penulisan
                       Penulisan makalah di sini bertujuan untuk:
1.               Megetahui metode apa saja yang cocok untuk diterapkan dalam mendidik peserta didik
2.       Mengetahui bagai mana cara penggunaan, alat serta prasarana yang baik dan yang benar.
3.               Melaksanakan tugas mata kuliah dengan penuh tanggung jawab
4.               Membiasakan diri untuk saling bekerjasama
5.               Dapat menambah pengetahuan mengenai Perencanaan Pengajaran Bahasa Indonesia
C.               Kegunaan
                        Berangkat dari pembahasan makalah ini, adapun kegunaannya ialah :
1.                  Makalah ini membantu dalam pembelajaran Perencanaan Pengajaran Bahasa Indonesia, dalam foru diskusi.
2.                  Mahasiswa dapat memahami bagaimana sebenarnya cara mengelola alat, metode, serta prasarana dalam pembelajaran.
3.                  Menjadi bekal bagi calon-calon guru Bahasa Indonesia sebelum terjun ke masyarakat guna mencerdaskan anak bangsa.
       

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Metode Dalam Mengajar   
         Muara dari inovasi pendidikan adalah bagaimana guru mengajar dan bagaimana murid belajar. Perubahan maksimal dari komponen lain yang tidak di ikuti inovasi maksimal dari Proses Belajar Mengajar diperkirakan akan kurang dapat meningkatkan mutu pendidikan secara berarti. Guru-guru kadang cenderung hanya menggunakan satu metode mengajar saja yaitu ceramah. Ceramah ini dilaksanakan secara klasikal sehingga kurang memperhatikan keberagaman keadaan siswa. Penulis akan memaparkan beberapa metode belajar yang dapat digunakan.
1.            Metode Ceramah
Metode ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah dengan kombinasi metode yang bervariasi. Mengapa disebut demikian, sebab ceramah dilakukan dengan ditujukan sebagai pemicu terjadinya kegiatan yang partisipatif (curah pendapat,disko, pleno, penugasan, studi kasus, dll). Selain itu, ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah yang cenderung interaktif, yaitu melibatkan peserta melalui adanya tanggapan balik atau perbandingan dengan pendapat dan pengalaman peserta. Media pendukung yang digunakan, seperti bahan presentasi yang ditayangkan dengan LCD, gambar, dll.
a.         Kelebihan
v  Guru mudah menguasai kelas
v  Mudah dilaksanakan
v  Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
b.         Kekurangan
v  Bila terlalu lama membosankan
v  Menyebabkan anak didik pasif.
v  Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik

2.            Metode Diskusi
Metode ini bertujuan untuk tukar menukar gagasan, pemikiran, informasi/ pengalaman diantara peserta, sehingga dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran (gagasan, kesimpulan). Untuk mencapai kesepakatan tersebut, para peserta dapat saling beradu argumentasi untuk meyakinkan peserta lainnya. Kesepakatan. Dengan catatan persoalan yang akan didiskusikan harus dikuasai secara mendalam
pikiran inilah yang kemudian ditulis sebagai hasil diskusi. Diskusi biasanya digunakan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari penerapan berbagai metode lainnya, seperti: penjelasan (ceramah), curah pendapat, diskusi kelompok, permainan dll.
a.         Kelebihan
v  Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan dan bukan satu jalan (satu jawaban saja).
v  Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik
v  Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri dan membiasakan bersikap toleran



b.         Kekurangan
v  Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas;
v  Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.

3.            Metode Eksperimen
     Metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Dengan metode ini anak didik diharapkan sepenuhnya terlibat merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, menemukan fakta, mengumpulkan data, mengendalikan variabel, dan memecahkan masalah yang dihadapinya secara nyata.

a.         Kelebihan
v  Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku;
v  Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi, suatu sikap yang dituntut dari seorang ilmuwan; dan
v   Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaannya yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
b.         Kekurangan
v  Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan eksperimen;
v  Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran; serta
v  Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.

4.            Metode Pemberian Tugas
Pemberian tugas dengan arti guru menyuruh anak didik misalnya membaca, tetapi dengan menambahkan tugas-tugas seperti mencari dan membaca buku-buku lain sebagai perbandingan, atau disuruh mengamati orang/masyarakatnya setelah membaca buku itu. Dengan demikian, pemberian tugas adalah suatu pekerjaan yang harus anak didik selesaikan tanpa terikat dengan tempat.
a.            Kelebihan
v  Pengetahuan yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama; dan
v  Anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab, dan berdiri sendiri
b.            Kekurangan
v  Seringkali anak didik melakukan penipuan di mana anak didik hanya meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri
v   Terkadang tugas itu dikerjakan orang lain tanpa pengawasan.
5.            Metode latihan
     Metode latihan (driil) disebut juga metode training, yaitu suatu cara mengajar untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga, sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini dapat digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan.

a.            Kelebihan
v  Dapat untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, membuat dan menggunakan alat-alat.
v  Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.
b.            Kekurangan
v  Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dan pengertian.
v  Kadang-kadang latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.

6.            Sandiwara
Metode sandiwara seperti memindahkan ‘sepenggal cerita’ yang menyerupai kisah nyata atau situasi sehari-hari ke dalam pertunjukkan. Penggunaan metode ini ditujukan untuk mengembangkan diskusi dan analisa peristiwa (kasus).

a.            Kelebihan
v   Dapat meningkatkan kemampuan analisis suatu masalah

b.            Kekurangan
v   Membutuhkan persiapan yang agak lama

7.            Demostrasi
Demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk membelajarkan peserta dengan cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah pengerjaan sesuatu. Demonstrasi merupakan praktek yang diperagakan kepada peserta. Karena itu, demonstrasi dapat dibagi menjadi dua tujuan: demonstrasi proses untuk memahami langkah demi langkah; dan demonstrasi hasil untuk memperlihatkan atau memperagakan hasil dari sebuah proses.

Biasanya, setelah demonstrasi dilanjutkan dengan praktek oleh peserta sendiri. Sebagai hasil, peserta akan memperoleh pengalaman belajar langsung setelah melihat, melakukan, dan merasakan sendiri.

a.            Kelebihan
v   Para peserta didik dapat lebih memahami mengenai suatu pelajaran, karena langsung adanya peragaan dari pengajar.
v   Menambah keterampilan para siswa

b.            Kekurangan
v   Akan terhambat apabila alat yang akan digunakan tidak tersedia


8.            Praktek Lapangan
Metode praktik lapangan bertujuan untuk melatih dan meningkatkan  kemampuan peserta dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya. Kegiatan ini dilakukan di ‘lapangan’, yang bisa berarti di tempat kerja, maupun di masyarakat.

a.            Kelebihan
v   Pengalaman nyata yang diperoleh bisa langsung dirasakan oleh peserta, sehingga dapat memicu kemampuan peserta dalam mengembangkan kemampuannya.
v   Dapat mengembangkan keterampilan
b.            Kekurangan
v   Memerlukan waktu yang lama

9.                Permainan (Games)
 Permainan (games), populer dengan berbagai sebutan antara lain pemanasan (ice-breaker) atau penyegaran (energizer). Arti harfiah ice-breaker adalah ‘pemecah es’. Jadi, arti pemanasan dalam proses belajar adalah pemecah situasi kebekuan fikiran atau fisik peserta. Permainan juga dimaksudkan untuk membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan antusiasme.

Karakteristik permainan adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (fun) serta serius tapi santai (sersan). Permainan digunakan untuk penciptaan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab), dan dari jenuh menjadi riang (segar).

Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif dalam suasana gembira meskipun membahas hal-hal yang sulit atau berat.Sebaiknya permainan digunakan sebagai bagian dari proses belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu kosong atau sekedar permainan.

a.            Kelebihan
v   Siswa dapat memahami pelajaran dengan fun
v   Membuat proses pembelajaran lebih dinamis
v   Siswa lebih aktif

b.            Kekurangan
v   Kadang-kadang ada para siswa yang terhanyut dengan permainannya saja.
B.      Metode Evaluasi Dalam Mengajar
Evaluasi ialah suatu proses pengumpulan data sebagai bahan pertimbangan mengambil keputusan dan untuk mengukur tingkat keberhasilan pencapaian tujuan (tes acuan patokan), membentuk kedudukan siswa dalam kelompok (tes acuan norma), dan memprediksi tingkat dukungan pencapaian (evaluasi media).
Evaluasi Hasil Belajar antara lain mengunakan tes untuk melakukan pengukuran hasil belajar. Tes dapat didefinisikan sebagai seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait, atribut pendidikan, psikologik atau hasil belajar yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar.
Pengukuran diartikan sebagai pemberian angka pada status atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas.
Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan instrumen test maupun non-test. Penilain dimaksudkan untuk memberi nilai tentang kualitas hasil belajar.
Secara klasik tujuan evaluasi hasil belajar adalah untuk membedakan kegagalan dan keberhasilan seorang peserta didik. Namun dalam perkembangannya evaluasi dimaksudkan untuk memberikan umpan balik kepada peserta didik maupun kepada pembelajar sebagai pertimbangan untuk melakukan perbaikan serta jaminan terhadap pengguna lulusan sebagai tanggung jawab institusi yang telah meluluskan.
Tes, pengukuran dan penilaian berguna untuk : seleksi, penempatan, diagnosis dan remedial, umpan balik, memotivasi dan membimbing belajar, perbaikan kurikulum dan program pendidikan serta pengembangan ilmu.
Dan untuk melakukan evaluasi dengan benar maka para guru harus memenuhi beberapa kriteria di bawah ini.
1.               Sasaran Evaluasi
Sasaran evaluasi hasil belajar mahasiswa adalah penguasaan kompetensi. Dalam hal ini kompetensi diartikan sebagai berikut
a.       Seperangkat tindakan cerdas penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu (SK. Mendiknas No. 045/U/2002).
b.      Kemampuan yang dapat dilakukan oleh peserta didik yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan perilaku;
c.       Integrasi domain kognitif, afektif dan psikomotorik yang direfleksikan dalam perilaku.
Mengacu pengertian kompetensi tersebut, maka hasil belajar mahasiswa mencakup ranah kognitif, psikomotorik dan afektif yang harus dikuasai oleh setiap mahasiswa setelah pembelajaran berlangsung sesuai dengan rencana pembelajaran yang disusun oleh dosen.
2.               Tahapan Evaluasi
Tahapan pelaksanaan evaluasi hasil belajar adalah penentuan tujuan, menentukan desain evaluasi, pengembangan instrumen evaluasi, pengumpulan informasi/data, analisis dan interpretasi serta tindak lanjut..
a.       Menentukan tujuan
Tujuan evaluasi hasil belajar yaitu untuk mengetahui capaian penguasaan kompetensi oleh setiap mahasiswa sesuai rencana pembelajaran yang disusun oleh dosen mata kuliah. Kompetensi yang harus dikuasai oleh mahasiswa mencakup koginitif, psikomotorik dan afektif.
b.      Menentukan Rencana Evaluasi
Rencana evaluasi hasil belajar berwujud kisi-kisi, yaitu matriks yang menggambarkan keterkaitan antara behavioral objectives (kemampuan yang menjadi sasaran pembelajaran yang harus dikuasai siswa) dan course content (materi sajian yang dipelajari siswa untuk mencapai kompetensi) serta teknik evaluasi yang akan digunakan dalam menilai keberhasilan penguasaan kompetensi oleh siswa.
c.       Penyusunan Instrumen Evaluasi
Instrumen evaluasi hasil belajar untuk memperoleh informasi deskriptif dan atau informasi judgemantal dapat berwujud tes. Tes dapat berbentuk obyektif atau uraian;. Tes obyektif dapat berbentuk jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan dan pilihan ganda dengan berbagai variasi : biasa, hubungan antar hal, kompleks, analisis kasus, grafik dan gambar tabel. Untuk tes uraian yang juga disebut dengan tes subyektif dapat berbentuk tes uraian bebas, bebas terbatas, dan terstruktur. Selanjutnya untuk penyusunan instrumen tes, guru harus mengacu pada pedoman penyusunan masing-masing jenis dan bentuk tes agar instrumen yang disusun memenuhi syarat instrumen. yang baik.
d.      Pengumpulan data atau informasi
Pengumpulan data atau informasi dalam bentuknya adalah pelaksanaan testing/penggunaan instrumen evaluasi harus dilaksanakan secara obyektif dan terbuka agar diperoleh informasi yang sahih dan dapat dipercaya sehingga bermanfaat bagi peningkatan mutu pembelajaran. Pengumpulan data atau informasi dilaksanakan pada setiap akhir pelak-sanaan pembelajaran untuk materi sajian berkenaan dengan satu kompetensi dasar dengan maksud guru dan siswa memperoleh gambaran menyeluruh dan kebulatan tentang pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan untuk pencapaian penguasaan satu kompetensi dasar
e.       Analisis dan interpretasi
Analisis dan interpretasi hendaknya dilaksanakan segera setelah data atau informasi terkumpul. Analisis berwujud deskripsi hasil evalusi berkenaan dengan hasil belajar siswa, yaitu penguasaan kompetensi; sedang interpretasi merupakan penafsiran terhadap deskripsi hasil analisis hasil belajar siswa.
Analisis dan interpretasi didahului dengan langkah skoring sebagai tahapan penentuan capaian penguasaan kompetensi oleh setiap siswa. Pemberian skoring terhadap tugas atau pekerjaan siswa harus dilaksanakan segera setelah pelaksanaan pengumpulan data atau informasi serta dilaksanakan secara obyektif. Untuk menjamin keobyektifan skoring guru harus mengikuti pedoman skoring sesuai dengan jenis dan bentuk tes/instrumen evaluasi yang digunakan.
f.        Tindak lanjut
Tindak lanjut merupakan kegiatan menindak lanjuti hasil analisis dan interpretasi. Sebagai rangkaian pelaksanaan evaluasi hasil belajar tindak lanjut pada dasarnya berkenaan dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran yang telah dilaksanakan dan berkenaan dengan pelaksanaan evaluasi pemebelajaran itu sendiri.
Tindak lanjut pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya merupakan pelaksanaan keputusan tentang usaha perbaikan pembelajaran yang akan dilaksanakan sebagai upaya peningkatan mutu pembelajaran. Tindak lanjut berkenaan dengan evaluasi pembelajaran menyangkut pelaksanaan evaluasi dengan instrumen evaluasi yang digunakan meliputi tujuan, proses dan instrumen evaluasi hasil belajar.
3.               Teknik-Teknik Evaluasi
Kita dapat melaksanakan evaluasi belajar ataupun program melalui berbagai teknik/pendekatan. Tentu saja setiap pendekatan memiliki kekuatan dan kelemahannya sendiri. Di bawah ini beberapa teknik evaluasi yang perlu kita singgung.
a.       Evaluasi melalui tugas-tugas (PR).
Tugas yang diberikan dengan baik dan jelas dapat membantu peserta didik untuk menampilkan kemampuan belajarnya termasuk spiritualitas, pengetahuan dan pengertian, keterampilan serta orisinalitasnya. Oleh karena itu, guru juga harus memberitahukan prosedur penilaian terhadap tugas yang diberikannya, antara lain:
1)      Segi kegunaan tugas harus jelas diketahui oleh peserta didik.
2)      Kesesuaian dengan beban studi.
3)      Prosedur penilaian dan kriterianya.
4)      Prosedur atau teknik kerja.
5)      Perundingan segi waktu pekerjaan (berapa lama).
6)      Kesiapan guru dalam memberikan bimbingan.

b.      Evaluasi melalui bantuan rekan.
Sering rekan pengajar lainnya dapat memberitahukan dengan baik sisi-sisi kekuatan dan kelemahan kita sendiri dalam banyak segi, seperti kerohanian, watak dan sikap, minat, pengetahuan dan keterampilan. Guru dapat merencanakan "alat" bagi keperluan ini, dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang dikemukakan di atas. Sepatutnyalah guru memandang peserta didiknya (khususnya remaja, pemuda dan orang dewasa) sebagai "rekan sekerja" yang dapat membantu dirinya sendiri dalam meningkatkan wawasan dan keterampilan keguruannya.

c. Evaluasi berdasarkan ujian.
Alat yang sering dipakai dalam kesempatan semacam ini disebut tes. Ada dua jenis utamanya, yakni:
1) Tes objektif meliputi pilihan berganda, benar-salah, isian (menjodohkan). Sangat tepat untuk menilai segi-segi kognitif secara cepat dan menyeluruh. Tetapi jenis tes ini tidak dapat melihat segi kreativitas peserta didik dengan tepat.
2) Tes esai tertutup disajikan dengan cara memberikan soal untuk dikaji atau dipikirkan berdasarkan bahan pengajaran yang diterima murid. Bentuk ujian semacam ini sangat baik dan mungkin tepat untuk menilai kemampuan belajar, kedalaman, dan ketajaman pengertian peserta didik. Namun, untuk menilainya diperlukan lebih banyak waktu.
3) Tes esai terbuka. Yang sangat dipentingkan dalam hal ini adalah kemampuan memahami, aplikasif, analisis, sintesis serta evaluatif peserta didik, dengan menggunakan fakta tertulis (ide, angka-angka, dll).
d. Evaluasi berdasarkan pengamatan.
Hal ini penting dalam rangka mengukur keterampilan dan sikap yang dituntut berkembang dalam diri peserta didik. Karena itu, guru harus menetapkan segi-segi kualitas yang akan diukur (items) termasuk aspek pengetahuan, penguasaan materi, pengertian, kemampuan menggunakan alat, keterampilan kerja, komunikasi, dll.
e. Evaluasi berdasarkan interview, termasuk ujian lisan komprehensif.
Guru dapat mengukur kemajuan peserta didik dengan cara mengajaknya berbincang-bincang mengenai pokok tertentu. Kemudian guru memberitahu kemajuan dan kelemahan peserta didik berdasarkan hasil wawancara itu. Harus disadari bahwa bentuk semacam ini sering pula mengundang debat emosional dan pembicaraan yang tak tentu arahnya.
C.  Penggunaan Sarana dan Prasarana Dalam Mengajar
            Dalam khazanah peristilahan pendidikan sarana dan prasarana mengajar  sering disebut-sebut denagan istilah sarana dan prasarana pendidikan. Kerap kali istilah itu digabung begitu saja menjadi sarana-prasarana pendidikan. Dalam bahasa Inggris sarana dan prasarana itu disebut dengan facility (facilities). Jadi, sarana dan prasarana pendidikan akan disebut educational facilities. Sebutan itu jika diadopsi ke dalam bahasa Indonesia akan menjadi fasilitas pendidikan.
1.       Sarana Mengajar
Sarana pendidikan adalah segala macam peralatan yang digunakan guru untuk memudahkan penyampaian materi pelajaran. Sarana pendidikan itu berdasarkan fungsinya dapat dibedakan menjadi:
a)               Alat pelajaran
Alat pelajaran adalah alat-alat yang digunakan untuk rekam-merekam bahan pelajaran  atau alat pelaksanaan kegiatan belajar. Yang disebut dengan kegiatan “merekam” itu bisa berupa menulis, mencatat, melukis, menempel (di TK), dan sebagainya.
Papan tulis, misalnya, termasuk alat pelajaran jika digunakan guru untuk menuliskan materi pelajaran. Termasuk juga kapur atau spidol dan penghapus papan tulis. Buku tulis, pinsil, pulpen atau bolpoin, dan penghapus (karet stip dan  “tipeks”), juga termasuk alat pelajaran.
Alat pelajaran yang  bukan alat rekam-merekam pelajaran, melainkan alat kegiatan belajar, adalah alat-alat pelajaran olah raga (bola, lapangan, raket, dsb), alat-alat praktikum, dan alat-alat pelajaran yang digunakan di TK (gunting, kertas lipat, perekat dsb).
b)               Alat peraga
Alat peraga adalah segala macam alat yang digunakan untuk meragakan (mewujudkan, menjadikan terlihat) objek atau  materi pelajaran. Manusia punya raga (jasmani, fisik), karena itu manusia terlihat. Dengan kata lain, bagian raga dari makhluk manusia merupakan bagian yang tampak, bisa dilihat (bagian dalam tubuh manusia pun bisa dilihat, tentu saja jika “dibedah”). Itu intinya “meragakan,” yaitu menjadikan sesuatu yang “tak terlihat” menjadi terlihat.
“Tak terlihat” itu termasuk seperti dalam kasus ini: Kambing yang ada jauh di luar sekolah, tentu tak terlihat. Agar terlihat, kambing itu didekati (murid dibawa ke tempat kambing), atau didekatkan (kambing dihadirkan ke sekolah). Bunga yang ada di luar kelas pun tak terlihat murid. Agar terlihat, bunga itu dibawa ke dalam kelas. Ka’bah, menara Eiffel, Gedung Putih,  itu berada nun jauh di sana, tak terlihat murid. Agar murid tahu bentuk ka’bah, maka ka’bah itu dihadirkan sosok (raganya) ke dalam kelas (lewat tiruannya atau gambarnya).
Berkaitan dengan ini harus hati-hati jangan sampai tertukar dengan metode demonstrasi (metode peragaan), yaitu guru meragakan sesuatu, misalnya guru meragakan cara rukuk dan  sujud yang benar dalam solat. Juga jangan tertukar dengan metode pemberian contoh (yang mirip dengan metode demonstrasi), misalnya guru memberi contoh menyanyikan lagu baru, guru memberi contoh cara membaca Qur’an dengan tartil, dan guru memberi contoh membaca puisi.
 Perhatikan ini: Guru yang meragakan cara rukuk yang benar tidak berubah fungsi menjadi alat peraga, yaitu sebagai alat yang membantu guru (digunakan guru) meragakan cara rukuk. Guru kan tidak menggunakan dirinya sendiri sebagai alat bantu dirinya. Tidak ada “jeruk makan jeruk.”
Alat peraga  suka dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
ü    Alat peraga sebenarnya, dan
ü     Alat peraga tiruan.
Bunga dalam materi pelajaran tentang bunga dapat diragakan oleh bunga asli, bisa dengan gambar bunga. Otak manusia sangat sulit untuk diragakan oleh benda aslinya, jadi dibuat alat peraga tiruan berupa gambarnya atau “bonekanya.”  Murid (dan guru) tidak bisa “melihat” pulau-pulau yang terletak di Indonesia, maka lalu dibuatlah peta untuk meragakan bentuk dan letaknya.
Para ahli telah sepakat bahwa alat peraga dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Ada dua alasan, mengapa alat peraga dapat berkenaan dengan manfaat alat peraga dalam proses belajar siswa antar lain :
·    Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik.
·    Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.
·    Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dsb.
·    Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
Pemilihan dan pemanfaatan alat peraga juga perlu memperhatikan kretria berikut ini :
Ø  Tujuan
      Alat hendaknya menunjang tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.
Ø  Keterpaduan (Validitas)
      Tepat dan berguna bagi pemahaman bahan yang dipelajari.
Ø Keadaan peserta didik
   Kemampuan daya fikir dan daya tangkap peserta didik dan besar    kecilnya kelemahan peserta didik perlu dipertimbangkan.
Ø Ketersedian
     Pemilihan perlu memperhatikan ada/tidak alat tersedia diperpustakaan atau di sekolah serta mudah sulitnya diperoleh.
Ø Mutu teknis
     Media harus memiliki kejelasan dan kualitas yang baik.
Ø Biaya
Hal ini merupakan pertimbangan bahwa biaya yang dikeluarkan apakah seimbang dengan hasil yang dicapai serta ada kesusuai atau tidak.
c)            Media pendidikan
Media pendidikan (media pengajaran) itu yang agak lain sifatnya dari alat pelajaran dan alat peraga. Kadang orang menyebut semua alat bantu pendidikan itu media, padahal bukan. Alat pelajaran dan alat peraga memerlukan keberadaan guru. Alat pelajaran dan alat peraga membantu guru dalam mengajar.
Guru mengajarkan materi pelajaran dibantu (agar murid dapat menangkap pelajaran lebih baik) oleh alat pelajaran dan alat peraga.  Oleh media, di sisi lain guru bisa “dibantu digantikan” keberadaannya. Dengan kata lain, guru bisa tidak ada di kelas, digantikan oleh media. Lalu, apa itu media?
Secara bahasa (asal-usul bahasa atau etimologis) media (medium) itu merupakan perantara. Jadi, dalam konteks tertentu bahasa ibu bisa disebut sebagai medium pengajaran yang digunakan di TK-TK di desa-desa.
Bahasa Inggris merupakan medium pengajaran di sekolah-sekolah internasional. Itu sisi lain, bukan media sebagai sarana (alat bantu) pendidikan. Begitu pula “dukun” menjadi “medium” berkomunikasi dengan arwah-arwah leluhur (dalam kepercayaan tertentu).
Istilah media digunakan pula dalam bercocok tanam. Arang kulit padi, misalnya, dapat dijadikan media tanam terbaik bagi tanaman hias tertentu. Air dapat menjadi media tanam tanaman tertentu (disebut carfa bercocok tanam sistem hidroponik).
Media (medium) dalam konteks pendidikan, mempunyai makna sama dengan media dalam komunikasi (karena pendidikan itu juga komunikasi). Media komunikasi merupakan perantara penyampaian pesan (messages) yang berupa informasi dan sebagainya, dari komunikator (“pembicara”) ke komunikan (yang diajak “bicara”).
Surat kabar merupakan media komunikasi masa dari “orang-orang surat kabar” kepada masa (publik, masyarakat). “Orang-orang surat kabar” itu maksudnya semua yang berkomunikasi lewat surat kabar. Jadi, ada pemasang iklan yang berkomunikasi kepada masyarakat luas lewat media surat kabar. Ada Presiden yang berkomunikasi (dikomunikasikan oleh wartawan) lewat media surat kabar. Begitu halnya dengan radio dan televisi.
Jadi, inti makna media adalah sesuatu (apapun) yang di dalamnya terkandung pesan (message) komunikasi, merupakan saluran (perantara) komunikasi. Dengan pengertian dasar serupa itu, maka yang disebut media pendidikan dapat didefinisikan sebagai  segala sesuatu yang berisikan pesan berupa materi pelajaran dari pihak pemberi materi pelajaran kepada pihak yang diberi pelajaran.
Ke dalam kelompok media pendidikan itu akan termasuk buku pelajaran, CD berisi materi pelajaran, tayangan TV yang berupa materi pelajaran, rekaman suara yang berupa materi pelajaran, dan sebagainya.
Hati-hati! Pesawat televisi sendiri bukan media. Pesawat radio sendiri bukan media. Tape recorder sendiri bukan media. Itu hanya alat-alat yang bisa dimomoti pesan. Jika murid menyetel televisi dan menonton “Dangdut Mania,” pesawat TV itu bukan (tidak) berfungsi sebagai media pendidikan, melainkan sebagai media hiburan. Pesawat televisi yang dijajakan di toko elektronik, bukan media apapun, hanya barang dagangan.
Agar tidak kacau balau menyamamaknakan alat peraga sebagai media pendidikan, harus dicermati sifat khas media, yaitu ada pesan komunikasi pendidikan di dalamnya yang berupa materi pelajaran yang:
(1) Tuntas, yaitu sudah menyeluruh;
(2) Jelas, tidak memerlukan penjelasan dari guru;
(3) Bisa “ditangkap” langsung oleh murid.
2. Prasarana pendidikan
Nah, jika sarana pendidikan sudah terpahami, maka apa yang disebut dengan prasarana pendidikan dapat diduga seperti apa. Prasarana pendidikan adalah segala macam alat, perlengkapan, atau benda-benda yang dapat digunakan untuk memudahkan (membuat nyaman) penyelenggaraan pendidikan.
Ruang kelas itu termasuk prasarana pendidikan. Meja dan kursi itu termasuk prasarana pendidikan. Jelasnya, kegiatan belajar di ruang kelas (yang sejuk dan sehat) tentu lebih nyaman dibandingkan di luar ruangan yang panas berdebu. Belajar dengan duduk di kursi yang nyaman tentu lebih enak daripada duduk di bangku yang reyot atau “lesehan” (duduk-duduk bersila). Menulis beralaskan meja tentu lebih nyaman dibandingkan menulis beralaskan lantai. Nah, awas, diulang lagi: meja bukan alat untuk menuliskan pelajaran !
Hati-hati: Meja bisa menjadi alat peraga (model) dalam pelajaran membuat meja di “sekolah pertukangan.” Kursi bisa menjadi alat pelajaran berhitung (menghitung kursi) di TK atau Kelas I SD. Tapi, ini agak tumpang tindih (“jumbuh”) dengan objek pelajaran, yaitu “sesuatu yang dijadikan materi pelajaran.” Kursi bisa menjadi obejk pelajaran jika murid diminta menggambar kursi, seperti jika murid diminta menggambar “tugu Jogja” langsung di dekat tugu tersebut.
Apakah kamar mandi dan WC termasuk prasarana pendidikan? Bukan, jika untuk buang air dan sebagainya. Itu sarana kesehatan. Tapi, jika digunakan untuk “toilet training” murid TK, jadilah dia alat pelajaran, alat yang digunakan untuk mengajari murid TK bagaimana buang air dan bersih diri sendiri dengan “benar.” Misalnya diajari untuk tidak buang air kecil di lantai kamar mandi, melainkan di klosetnya, agar tidak meninggalkan amoniak yang bisa menimbulkan bau menyengat.


BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Setelah kami coba menguraikan pembahasa makalah ini. Kami dapat menyimpulkan bahwa :
*      Metode belajar ternyata memiliki keragaman, tergantung kita sebagai calon guru, mau menggunakan metode yang mana, sesuai kemampuan dsb.
*      Dalam proses belajar dan mengajar ternyata bukan hanya metode saja yang mesti diperhatikan, tapi sarana serta prasaranapun harus kita perhatikan dengan cermat, karena itu sangat berpengaruh terhadap kesuksesan kita dalam mengajar.
*      Adanya perbedaan pengertian antara sarana & prasarana yang selama ini memiliki artian yang sama di masyarakat.

B.  Saran-Saran
      Dari penulisan makalah ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyaknya kekurangan, oleh sebab itu kritik dan saran yang sifatnya membangun tetap penulis harapkan demi sempurnanya makalah ini, dan apabila dalam tulisan ini ada yang salah baik itu dari kalimat ataupun susunannya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.



DAFTAR PUSTAKA
 Harjanto.2005.Perencanaan Pengajaran.Jakarta: Rineka Citra
Majid,Abdul.2005.Perencanaan Pembelajaran: Bandung.Remaja  Rosdakarya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar