Senin, 02 Januari 2012

Me !

Lagi di kampus STKIP Paris Barantai Kotabaru, Kalimantan Selatan. Saat pemilihan ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) 2011/2012

Me...

Saya ketika di pantai Gedambaan yang terletak di desa Sarang Tiung. Sebuah pantai yang menjadi icon wisata di kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan yang menjadi tujuan utama masyarakatnya untuk berwisata.

Apa Sebenarnya Makna Tahun Baru ?

Beberapa jam yang lalu kita telah sama-sama meninggalkan tahun 2011, dan beranjak menatap, berbenah, dan siap tidak siap untuk menjalani tahun 2012. Dewasa ini di Indonesia, khususnya di kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan daerah yang penduduknya sebagian besar beragama islam malah menjalankan ritual tahun dengan hanya hiburan di atas panggung (Orkes) baik dengan artis lokal maupun ibu kota yang ironisnya hal tersebut dipimpin langsung oleh kepala daerah / Bupati dalam pelepasan kembang apinya. Meskipun diawali dengan do'a akan tetapi terasa kurang etis dalam pelaksanaan lepas dan sambut tahun baru tersebut.

Padahal tahun baru seharusnya kita merenung, menambah amal ibadah kepada Tuhan, karena dengan tahun baru, maka usia kita semakin tua, begitu halnya dengan bumi tempat kita berpijak pun semakin tua.


Asal usul perayaan tahun baru. Pada tahun 457 Masehi gereja Kristen melarang kebiasaan ini, bersama kebiasaan tahun baru lain yang dianggapnya merupakan kebiasaan kafir. Pada tahun 1200-an pemimpin-pemimpin Inggris mengikuti kebiasaan Romawi yang mewajibkan rakyat mereka memberikan hadiah tahun baru. Para suami di Inggris memberi uang kepada para istri mereka untuk membeli bros sederhana (pin). Kebiasaan ini hilang pada tahun 1800-an, namun istilah pin money, yang berarti sedikit uang jajan, tetap digunakan. Banyak orang-orang koloni di New England, Amerika, yang merayakan tahun baru dengan menembakkan senapan ke udara dan teriak, sementara yang lain mengikuti perayaan di gereja atau pesta terbuka. (http://aalmarusy.blogspot.com/2010/12/asal-usul-perayaan-tahun-baru.html )

Sejarah Asal Usul Perayaan Tahun Baru. Sekalipun tahun baru juga merupakan hari suci Kristiani, tahun baru sudah lama menjadi tradisi sekuler yang menjadikannya sebagai hari libur umum nasional untuk semua warga Amerika. Di Amerika Serikat, kebanyakan perayaan dilakukan malam sebelum tahun baru, pada tanggal 31 Desember, di mana orang-orang pergi ke pesta atau menonton program televisi dari Times Square di jantung kota New York, di mana banyak orang berkumpul. Pada saat lonceng tengah malam berbunyi, sirene dibunyikan, kembang api diledakkan dan orang-orang menerikkan "Selamat Tahun Baru" dan menyanyikan Auld Lang Syne. (http://aalmarusy.blogspot.com/2010/12/asal-usul-perayaan-tahun-baru.html )

Asal usul perayaan tahun baru. Pada tanggal 1 Januari orang-orang Amerika mengunjungi sanak-saudara dan teman-teman atau nonton televisi: Parade Bunga Tournament of Roses sebelum lomba futbol Amerika Rose Bowl dilangsungkan di Kalifornia; atau Orange Bowl di Florida; Cotton Bowl di Texas; atau Sugar Bowl di Lousiana. Pada mulanya perayaan ini dirayakan baik oleh orang Yahudi maupun orang Kafir yang dihitung sejak bulan baru pada akhir September. Selanjutnya menurut kalender Julianus, tahun Romawi dimulai pada tanggal 1 Januari. (http://aalmarusy.blogspot.com/2010/12/asal-usul-perayaan-tahun-baru.html )

Asal usul perayaan tahun baru. Orang Kristen ikut merayakan Tahun Baru tersebut dan mereka mengadakan puasa khusus serta ekaristi berdasarkan keputusan Konsili Tours pada tahun 567. Pada mulanya setiap negeri mempunyai perayaan Tahun Baru yang berbeda-beda. Di Inggris dirayakan pada tanggal 25 Maret. Di Jerman dirayakan pada hari Natal sedangkan di Perancis dirayakan pada Hari paskah.Paus Gregorius XIII mengubahnya menjadi 1 Januari pada tahun 1582 dan hingga kini seluruh dunia merayakannya pada tanggal tersebut. (http://aalmarusy.blogspot.com/2010/12/asal-usul-perayaan-tahun-baru.html )

Melihat sejarah dan asal mula perayaan tahun baru tersebut apakah kita masih mau melakukannya ? Dalam benak kita pasti memiliki jawaban yang tepat. Meskipun memang ingin sekali merayakannya, kita bisa ubah niat kita, yaitu sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, karena kita masih diberikan kesempatan untuk bernafas dan berkarya, hal tersebut dapat kita lakukan lewat bentuk zikir bersama, do'a bersama, dsb. 

Bukan dengan hal yang bersifat hura-hura semata, karena materi yang dikeluarkan untuk mengadakan hiburan kita rasa lebih bermanfaat apabila digunakan untuk membantu orang-orang yang memerlukannya, hal tersebut lebih terasa indah.