Sabtu, 31 Desember 2011

Makalah Tentang Filsafat Pendidikan Ditinjau Dari Ontologi

BAB I
            PENDAHULUAN
                       
1.1     Latar Belakang
Dalam hidup sudah pasti kita sebagai manusia menginginkan sesuatu yang jelas, baik itu secara jasmaniah maupun rohaniah. Meskipun kita juga harus mengimani sesutau yang kongkrit dalam hidup ini. Berangkat dari hal di atas maka kami dari kelompok I & II membahas mengenai ontology yang merupakan salah satu bagian dari ilmu filsafat yang dianggap kuno.
1.2     Rumusan Masalah
Untuk memberikan arahan dalam pembahasan makalah ini, maka permasalahan yang akan   dibahas dirumuskan sebagai berikut.
v  Apakah pengertian dari ontology ?
v  Apa saja yang menjadi ruang lingkup pembahasan ontology ?
v  Apa saja yang menjadi bagian dari ontology ?
v  Apa saja paham-paham yang muncul terhadap ontology ?

         1.3  Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk :
v  Menambah pengetahuan salah satu bagian dari ilmu filsafat yaitu ontology.
v  Melaksanakan tugas mata kuliah filsafat & imu pengetahuan dengan penuh tanggung jawab
v  Mempererat tali silaturahmi antar anggota kelompok.
1.4     Kegunaan
v  Makalah ini diharapkan dapat membantu dalam pembelajaran mata kuliah Filsafat & Ilmu Pengetahuan, dalam forum diskusi.
v  Mahasiswa dapat memahami apa sebenarnya pengertian dari ontology yang merupakan bagian dari ilmu filsafat.
v  Menjadi bekal bagi calon-calon guru, sebelum terjun ke masyarakat guna mencerdaskan anak bangsa.
1.5     Metode Penulisan
Penulis memergunakan metode observasi. Dalam metode ini penulis membaca buku, artikel, dan internet yang berkaitan dengan penulisan makalah ini.

BAB II
 PEMBAHASAN
                    2.1 Filsafat Pendidikan Ditinjau Dari Ontologi
                     2.1.1 Pengertian Ontologi
Menurut bahasa ontology berasal dari bahasa Yunani yaitu ta onta yang berarti ‘yang berada’, dan logi berarti ilmu penegtahuan, ajaran. Dengan demikian ontology adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality, baik yang berbentuk jasmaniah maupun rohaniah/ abstrak. Tokoh yang membuat istilah ontology popular adalah Christian Wolff (1679-1714).
Ontology juga merupakan salah satu diantara lapangan-lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Ontology disebut juga metafisika, dan metafisika disebut sebagai Prote-filsofia atau filsafat pertama. Metafisika juga mengandung pengertian meneliti hakikat realita dalam arti realita, fakta, materi yang kongkrit, mengeerti segala realita, baik fisik, spiritual, maupun yang berubah-ubah atau tetap dibalik realita.

                     2.1.2 Ruang Lingkup Ontologi
Ruamg lingkup ontology untuk meneiti realita semesta yang tak terbatas itu dipandang perlu ada semacam pengkhususan dan ruang lingkup itu dibagi menjadi dua macam yaitu :
a. Metafisika
Diartikan dengan beberapa pengertian :
·   Kadang-kadang metafisika diartikan dengan ontology itu sendiri.
·   Secara etomologi metafisika bararti dibalik atau dibelakang fisika ( meta = dibelakang ). Istilah ini terjadi secara kebetulan. Waktu para ahli menyusun untuk membuktikan karya Aristoteles, mereka menempatkan bab tentang filsafat sesudah bab fisika. Tetapi penmaan metafisika itu bukanlah karena pembahasan tersebut sesudah uraian tentang fisika (ilmu alam) saja. Akan tetapi memang hakikat yang diteliti oleh metafisika ialah hakikat realita yang menjangkau sesuatu dibalik realita. Artinya berbeda dengan cara mengerti realita dalam arti pengalaman sehari-hari, sebab metafisika ingin mengerti sedalam-dalamnya.


b.   Kosmologi
      Kosmologi memusatkan perhatiannya kepada realita kosmos, yakni keseluruhan system semesta raya. Kosmologi meliputi baiik realita yang khusus maupun yang umum, yang universal. Jadi kosmologi terbatas pada realita yang lebih nyata dalam arti dalam fisik yang material. Walaupun kosmologi yang mungkin merangkul alam semesta dalam arti menghayati secara indera, terapi kosmologi menghayati realita semesta secara intelektual.
                   2.1.3  Bagian-bagian Ontologi
v Ontology Yang Bersahaja
Dikatakan ontology yang bersahaja karena segala sesuatu yang dipandang dalam keadaan yang wajar, seperti contoh kebanyakan orang setidak-tidaknya mengadakan pembedaan antara barang-barang yang dapat dilihat, diraba, yang tidak bersifat kejasmanian atau yang dipahamkan seperti jiwa.  
v Ontologi Kuantitatif dan Kualitatif
Ontologi dapat mendekati masalah hakikat kenyataan dari dua macam sudut pandang. Orang dapat mempertanyakan, “ kenyataan itu tunggal atau jamak ?” yang demikian itu merupakan pendekatan kuantitatif. Atau orang dapat pula mengajukan pertanyaan, “ dalam babak terakhir, apakah yang merupakan kenyataan itu ?” yang demikian ini merupakan pendekatan kualitatif.
v Ontology Monistik
Permenides mengatakan, kenyataan itu tunggal adanya, dan sejenak keanekaragaman, perbedaan serta perubahan, bersifat semu belaka. Dewasa ini system monistik seperti itu tidak umum dianut orang. Karena justru perbedaanlah yang merupakan kategori dasar segenap kenyataan yang ada yang tidak dapat disangkal lagi kebenarannya. Tetapi ada juga orang-orang yang berpendirian bahwa pada dasarnya segala sesuatu sama hakikatnya. Pendirian tersebutt yang dianut oleh para pendukung paham monism dewasa ini. Yaitu kaum idealisme dan kaum meterialisme.
2.1.4  Paham-paham Ontologi
Beberapa aliran atau paham yang penting didalam ontology sebagai berikut :
Ø Aliran Dualisme
Paham yang memandang alam terdiri dari dua macam hakikat dari sumbernya. Hakikat materi dan hakikat rohanai, seperti benda dan roh. Keduanya berdiri sendiri, sama-sama azali dan abadi. Hubungan keduanya menciptakan kehiduppan dalam ala mini. Paham dualisme dalam pemikiran Aristoteles disebutnya sebagai matrei dan bentuk.
Ø Aliran Monisme
Paham yang memandang bahwa sumber yang berasal itu hanya tunggal. Penganut monisme sebelum masehi adalah Thales. Menurut keterangna Aristoteles kesimpulan ajaran Thales adalah “semuanya itu air”. Air yang cair itu adalah pangkal pokok dan dasar segala-galanya dan Anaximander (5885-528 SM) berpendapat bahwa unsure atau sukma atau lebih berharga, lebih tinggi nilainya dari materi bagi kehidupan manusia. Roh itu dianggap itu dianggap sebagai hakikat yang sebenarnya kenyataan.
Ø Aliran Pluralisme
Bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam bentuk itu semuanya nyata. Tokoh aliran Yunani kuno adalah Anaxagoras dan Empedocles, yang menyatakan subtansi yang ada itu terbentuk dan terdiri dari empat unsure, yaitu tanah, air, api, dan udara.
Ø Aliran Aguoticisme
Paham yang mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda. Timbulnya aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan secara konkrit akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal.


BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
   Setelah kami coba menguraikan pembahasa makalah ini. Kami dapat menyimpulkan bahwa :
Ternyata sedikit banyaknya antara filsafat dan ontology memiliki banyak kesamaan. Karena ontology dianggap sebagai lapangan penyelidikan filsafat kuno. Adanya aliran-aliran yang memilki paham yang berbeda-beda yang memandang kehidupan secara antologi semakin membuat pembahasan ontology menjadi lebih kompleks.

3.2  Saran-Saran
      Dari penulisan makalah ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyaknya kekurangan, oleh sebab itu kritik dan saran yang sifatnya membangun tetap penulis harapkan demi sempurnanya makalah ini, dan apabila dalam tulisan ini terdapat kesalahan, baik itu dari kalimat ataupun susunannya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.



DAFTAR PUSTAKA
Alfian, H. M. 2007. Filsafat Ilmu dan Metologi Penelitian. FE UNISKA
Hatta, Muhammad. 1990. Alam Pikiran Yunani. Jakarta : Rineka Cipta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar