BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam
hidup sudah pasti kita sebagai manusia menginginkan sesuatu yang jelas, baik
itu secara jasmaniah maupun rohaniah. Meskipun kita juga harus mengimani
sesutau yang kongkrit dalam hidup ini. Berangkat dari hal di atas maka kami
dari kelompok I & II membahas mengenai ontology yang merupakan salah satu
bagian dari ilmu filsafat yang dianggap kuno.
1.2 Rumusan Masalah
Untuk memberikan arahan dalam pembahasan makalah
ini, maka permasalahan yang akan dibahas
dirumuskan sebagai berikut.
v Apakah pengertian dari ontology ?
v Apa saja yang menjadi ruang lingkup
pembahasan ontology ?
v Apa saja yang menjadi bagian dari
ontology ?
v Apa saja paham-paham yang muncul
terhadap ontology ?
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan
untuk :
v Menambah pengetahuan salah satu
bagian dari ilmu filsafat yaitu ontology.
v Melaksanakan tugas mata kuliah filsafat
& imu pengetahuan dengan penuh tanggung jawab
v Mempererat tali silaturahmi antar
anggota kelompok.
1.4
Kegunaan
v Makalah ini diharapkan dapat membantu
dalam pembelajaran mata kuliah Filsafat & Ilmu Pengetahuan, dalam forum
diskusi.
v Mahasiswa dapat memahami apa
sebenarnya pengertian dari ontology yang merupakan bagian dari ilmu filsafat.
v Menjadi bekal bagi calon-calon guru,
sebelum terjun ke masyarakat guna mencerdaskan anak bangsa.
1.5
Metode Penulisan
Penulis memergunakan metode
observasi. Dalam metode ini penulis membaca buku, artikel, dan internet yang
berkaitan dengan penulisan makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Filsafat Pendidikan Ditinjau Dari Ontologi
2.1.1 Pengertian Ontologi
Menurut
bahasa ontology berasal dari bahasa Yunani yaitu ta onta yang berarti
‘yang berada’, dan logi berarti ilmu penegtahuan, ajaran. Dengan demikian
ontology adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan
ultimate reality, baik yang berbentuk jasmaniah maupun rohaniah/ abstrak. Tokoh
yang membuat istilah ontology popular adalah Christian Wolff (1679-1714).
Ontology
juga merupakan salah satu diantara lapangan-lapangan penyelidikan kefilsafatan
yang paling kuno. Ontology disebut juga metafisika, dan metafisika disebut
sebagai Prote-filsofia atau filsafat pertama. Metafisika juga mengandung
pengertian meneliti hakikat realita dalam arti realita, fakta, materi yang
kongkrit, mengeerti segala realita, baik fisik, spiritual, maupun yang
berubah-ubah atau tetap dibalik realita.
2.1.2 Ruang Lingkup Ontologi
Ruamg
lingkup ontology untuk meneiti realita semesta yang tak terbatas itu dipandang
perlu ada semacam pengkhususan dan ruang lingkup itu dibagi menjadi dua macam
yaitu :
a. Metafisika
Diartikan dengan beberapa pengertian :
· Kadang-kadang metafisika diartikan
dengan ontology itu sendiri.
· Secara etomologi metafisika bararti
dibalik atau dibelakang fisika ( meta = dibelakang ). Istilah ini terjadi
secara kebetulan. Waktu para ahli menyusun untuk membuktikan karya Aristoteles,
mereka menempatkan bab tentang filsafat sesudah bab fisika. Tetapi penmaan
metafisika itu bukanlah karena pembahasan tersebut sesudah uraian tentang
fisika (ilmu alam) saja. Akan tetapi memang hakikat yang diteliti oleh
metafisika ialah hakikat realita yang menjangkau sesuatu dibalik realita.
Artinya berbeda dengan cara mengerti realita dalam arti pengalaman sehari-hari,
sebab metafisika ingin mengerti sedalam-dalamnya.
b. Kosmologi
Kosmologi memusatkan
perhatiannya kepada realita kosmos, yakni keseluruhan system semesta raya.
Kosmologi meliputi baiik realita yang khusus maupun yang umum, yang universal.
Jadi kosmologi terbatas pada realita yang lebih nyata dalam arti dalam fisik
yang material. Walaupun kosmologi yang mungkin merangkul alam semesta dalam
arti menghayati secara indera, terapi kosmologi menghayati realita semesta
secara intelektual.
2.1.3 Bagian-bagian
Ontologi
v Ontology
Yang Bersahaja
Dikatakan ontology yang bersahaja
karena segala sesuatu yang dipandang dalam keadaan yang wajar, seperti contoh
kebanyakan orang setidak-tidaknya mengadakan pembedaan antara barang-barang
yang dapat dilihat, diraba, yang tidak bersifat kejasmanian atau yang
dipahamkan seperti jiwa.
v Ontologi
Kuantitatif dan Kualitatif
Ontologi dapat mendekati masalah
hakikat kenyataan dari dua macam sudut pandang. Orang dapat mempertanyakan, “
kenyataan itu tunggal atau jamak ?” yang demikian itu merupakan pendekatan
kuantitatif. Atau orang dapat pula mengajukan pertanyaan, “ dalam babak
terakhir, apakah yang merupakan kenyataan itu ?” yang demikian ini merupakan
pendekatan kualitatif.
v Ontology
Monistik
Permenides mengatakan, kenyataan itu tunggal adanya, dan
sejenak keanekaragaman, perbedaan serta perubahan, bersifat semu belaka. Dewasa
ini system monistik seperti itu tidak umum dianut orang. Karena justru
perbedaanlah yang merupakan kategori dasar segenap kenyataan yang ada yang
tidak dapat disangkal lagi kebenarannya. Tetapi ada juga orang-orang yang
berpendirian bahwa pada dasarnya segala sesuatu sama hakikatnya. Pendirian
tersebutt yang dianut oleh para pendukung paham monism dewasa ini. Yaitu kaum
idealisme dan kaum meterialisme.
2.1.4 Paham-paham Ontologi
Beberapa
aliran atau paham yang penting didalam ontology sebagai berikut :
Ø Aliran
Dualisme
Paham yang memandang alam terdiri dari dua macam hakikat
dari sumbernya. Hakikat materi dan hakikat rohanai, seperti benda dan roh.
Keduanya berdiri sendiri, sama-sama azali dan abadi. Hubungan keduanya
menciptakan kehiduppan dalam ala mini. Paham dualisme dalam pemikiran
Aristoteles disebutnya sebagai matrei dan bentuk.
Ø Aliran
Monisme
Paham yang memandang bahwa sumber yang berasal itu hanya
tunggal. Penganut monisme sebelum masehi adalah Thales. Menurut keterangna
Aristoteles kesimpulan ajaran Thales adalah “semuanya itu air”. Air yang cair
itu adalah pangkal pokok dan dasar segala-galanya dan Anaximander (5885-528 SM)
berpendapat bahwa unsure atau sukma atau lebih berharga, lebih tinggi nilainya
dari materi bagi kehidupan manusia. Roh itu dianggap itu dianggap sebagai
hakikat yang sebenarnya kenyataan.
Ø Aliran
Pluralisme
Bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam
bentuk itu semuanya nyata. Tokoh aliran Yunani kuno adalah Anaxagoras dan
Empedocles, yang menyatakan subtansi yang ada itu terbentuk dan terdiri dari
empat unsure, yaitu tanah, air, api, dan udara.
Ø Aliran
Aguoticisme
Paham
yang mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda. Timbulnya
aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan
secara konkrit akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah kami coba menguraikan pembahasa
makalah ini. Kami dapat menyimpulkan bahwa :
Ternyata sedikit banyaknya antara filsafat dan
ontology memiliki banyak kesamaan. Karena ontology dianggap sebagai lapangan
penyelidikan filsafat kuno. Adanya aliran-aliran yang memilki paham yang
berbeda-beda yang memandang kehidupan secara antologi semakin membuat
pembahasan ontology menjadi lebih kompleks.
3.2
Saran-Saran
Dari penulisan makalah ini tentunya
masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyaknya kekurangan, oleh sebab itu
kritik dan saran yang sifatnya membangun tetap penulis harapkan demi sempurnanya
makalah ini, dan apabila dalam tulisan ini terdapat kesalahan, baik itu dari
kalimat ataupun susunannya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alfian, H. M. 2007. Filsafat Ilmu dan Metologi Penelitian.
FE UNISKA
Hatta, Muhammad. 1990. Alam Pikiran Yunani. Jakarta : Rineka
Cipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar