Beberapa jam yang lalu kita telah sama-sama meninggalkan tahun 2011, dan beranjak menatap, berbenah, dan siap tidak siap untuk menjalani tahun 2012. Dewasa ini di Indonesia, khususnya di kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan daerah yang penduduknya sebagian besar beragama islam malah menjalankan ritual tahun dengan hanya hiburan di atas panggung (Orkes) baik dengan artis lokal maupun ibu kota yang ironisnya hal tersebut dipimpin langsung oleh kepala daerah / Bupati dalam pelepasan kembang apinya. Meskipun diawali dengan do'a akan tetapi terasa kurang etis dalam pelaksanaan lepas dan sambut tahun baru tersebut.
Padahal tahun baru seharusnya kita merenung, menambah amal ibadah kepada Tuhan, karena dengan tahun baru, maka usia kita semakin tua, begitu halnya dengan bumi tempat kita berpijak pun semakin tua.
Asal usul perayaan tahun baru. Pada tahun 457 Masehi
gereja Kristen melarang kebiasaan ini, bersama kebiasaan tahun baru lain
yang dianggapnya merupakan kebiasaan kafir. Pada tahun 1200-an
pemimpin-pemimpin Inggris mengikuti kebiasaan Romawi yang mewajibkan
rakyat mereka memberikan hadiah tahun baru. Para suami di Inggris
memberi uang kepada para istri mereka untuk membeli bros sederhana
(pin). Kebiasaan ini hilang pada tahun 1800-an, namun istilah pin money,
yang berarti sedikit uang jajan, tetap digunakan. Banyak orang-orang
koloni di New England, Amerika, yang merayakan tahun baru dengan
menembakkan senapan ke udara dan teriak, sementara yang lain mengikuti
perayaan di gereja atau pesta terbuka. (http://aalmarusy.blogspot.com/2010/12/asal-usul-perayaan-tahun-baru.html )
Sejarah Asal Usul Perayaan Tahun Baru.
Sekalipun tahun baru juga merupakan hari suci Kristiani, tahun baru
sudah lama menjadi tradisi sekuler yang menjadikannya sebagai hari libur
umum nasional untuk semua warga Amerika. Di Amerika Serikat, kebanyakan
perayaan dilakukan malam sebelum tahun baru, pada tanggal 31 Desember,
di mana orang-orang pergi ke pesta atau menonton program televisi dari
Times Square di jantung kota New York, di mana banyak orang berkumpul.
Pada saat lonceng tengah malam berbunyi, sirene dibunyikan, kembang api
diledakkan dan orang-orang menerikkan "Selamat Tahun Baru" dan
menyanyikan Auld Lang Syne. (http://aalmarusy.blogspot.com/2010/12/asal-usul-perayaan-tahun-baru.html )
Asal usul
perayaan tahun baru. Pada tanggal 1 Januari orang-orang Amerika
mengunjungi sanak-saudara dan teman-teman atau nonton televisi: Parade
Bunga Tournament of Roses sebelum lomba futbol Amerika Rose Bowl
dilangsungkan di Kalifornia; atau Orange Bowl di Florida; Cotton Bowl di
Texas; atau Sugar Bowl di Lousiana. Pada mulanya perayaan ini dirayakan
baik oleh orang Yahudi maupun orang Kafir yang dihitung sejak bulan
baru pada akhir September. Selanjutnya menurut kalender Julianus, tahun
Romawi dimulai pada tanggal 1 Januari. (http://aalmarusy.blogspot.com/2010/12/asal-usul-perayaan-tahun-baru.html )
Asal
usul perayaan tahun baru. Orang Kristen ikut merayakan Tahun Baru
tersebut dan mereka mengadakan puasa khusus serta ekaristi berdasarkan
keputusan Konsili Tours pada tahun 567. Pada mulanya setiap negeri
mempunyai perayaan Tahun Baru yang berbeda-beda. Di Inggris dirayakan
pada tanggal 25 Maret. Di Jerman dirayakan pada hari Natal sedangkan di
Perancis dirayakan pada Hari paskah.Paus Gregorius XIII mengubahnya
menjadi 1 Januari pada tahun 1582 dan hingga kini seluruh dunia
merayakannya pada tanggal tersebut. (http://aalmarusy.blogspot.com/2010/12/asal-usul-perayaan-tahun-baru.html )
Melihat sejarah dan asal mula perayaan tahun baru tersebut apakah kita masih mau melakukannya ? Dalam benak kita pasti memiliki jawaban yang tepat. Meskipun memang ingin sekali merayakannya, kita bisa ubah niat kita, yaitu sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, karena kita masih diberikan kesempatan untuk bernafas dan berkarya, hal tersebut dapat kita lakukan lewat bentuk zikir bersama, do'a bersama, dsb.
Bukan dengan hal yang bersifat hura-hura semata, karena materi yang dikeluarkan untuk mengadakan hiburan kita rasa lebih bermanfaat apabila digunakan untuk membantu orang-orang yang memerlukannya, hal tersebut lebih terasa indah.