BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Belajar
merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan berencana dengan tujuan
mengubah perilaku yang dapat bertahan relatif menetap. Perilaku yang dimaksud
dapat merupakan perwujudan dari pengetahuan, keterampilan, atau sikap yang
diperoleh melalui pengalaman belajar. Dengan demikian, keberhasilan belajar
terlihat pada perubahan yang berarti pada diri orang yang belajar (pemelajar).
Secara lebih luas melalui belajar, seseorang diharapkan dapat memperoleh
kemampuan untuk mengetahui, melakukan atau berbuat, membentuk jati diri, dan
hidup bersama dengan orang atau kelompok lain secara harmonis.
Oleh karena kegiatan belajar diperlukan
sepanjang hayat maka setiap orang perlu memiliki kemampuan untuk belajar
mandiri, dalam arti mengetahui dan terampil menerapkan cara belajar yang tepat,
sehingga tidak bergantung lagi kepada orang lain.
Pembelajar, dalam hal ini guru, memegang peranan penting
dalam merencanakan dan mengelola sarana, prasarana, keadaan, dan lingkungan
belajar sehingga terjadi interaksi aktif antara pemelajar dan pembelajar, antar
sesama pemelajar, dan antara pemelajar dengan sumber belajar. Interaksi yang
demikian diperlukan untuk memberikan pengalaman belajar kepada pemelajar
sehingga ia dapat mengingat, mengerti, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi
dan menciptakan pengetahuan faktual, konseptual,posedural, dan metakognitif
sesuai dengan jenjang dan tujuan pembelajaran.
Terdapat setidak-tidaknya tiga unsur utama yang saling
terkait dalam menentukan keberhasilan pembelajaran yaitu, kondisi atau
lingkungan belajar, metode pembelajaran, dan tujuan pembelajaran. Untuk
mencapai keberhasilan pembelajaran secara optimal, guru perlu memperhatikan
kondisi lingkungan pembelajaran, termasuk karaktistik peserta didik. Kondisi
lingkungan yang berbeda memerlukan metode pembelajaran yang berbeda apabila
tujuan pembelajaran adalah sama.
B.
Rumusan Masalah
Untuk
memberikan arahan dalam pembahsan makalah ini, maka permasalahan yang akan
dibahas dirumuskan sebagai berikut.
1.
Metode apa saja yang cocok untuk
diterapkan dalam mendidik peserta didik baik itu metode dalam mengajar maupun metode evaluasi
2.
Sarana
apa saja yang dapat kita gunakan dalam mengajar
3.
Prasarana
apa saja yang juga dapat berperan dalam proses pembelajaran
4.
Media
apa saja yang dapat meunjang seorang guru dalam mengajar
5.
Apa
sebenarnya perbedaan antara sarana, prasarana dan media terebut.
C.
Tujuan Penulisan
Penulisan makalah di
sini bertujuan untuk:
1.
Megetahui metode apa saja yang cocok
untuk diterapkan dalam mendidik peserta didik
2. Mengetahui bagai mana cara penggunaan, alat serta prasarana yang baik dan yang benar.
3.
Melaksanakan
tugas mata kuliah dengan penuh tanggung jawab
4.
Membiasakan
diri untuk saling bekerjasama
5.
Dapat
menambah pengetahuan mengenai Perencanaan Pengajaran Bahasa Indonesia
C.
Kegunaan
Berangkat dari
pembahasan makalah ini, adapun kegunaannya ialah :
1.
Makalah
ini membantu dalam pembelajaran Perencanaan Pengajaran Bahasa Indonesia, dalam
foru diskusi.
2.
Mahasiswa
dapat memahami bagaimana sebenarnya cara mengelola alat, metode, serta
prasarana dalam pembelajaran.
3.
Menjadi
bekal bagi calon-calon guru Bahasa Indonesia sebelum terjun ke masyarakat guna
mencerdaskan anak bangsa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Metode Dalam Mengajar
Muara
dari inovasi pendidikan adalah bagaimana guru mengajar dan bagaimana murid
belajar. Perubahan maksimal dari komponen lain yang tidak di ikuti inovasi
maksimal dari Proses Belajar Mengajar diperkirakan akan kurang dapat
meningkatkan mutu pendidikan secara berarti. Guru-guru kadang cenderung hanya
menggunakan satu metode mengajar saja yaitu ceramah. Ceramah ini dilaksanakan
secara klasikal sehingga kurang memperhatikan keberagaman keadaan siswa.
Penulis akan memaparkan beberapa metode belajar yang dapat digunakan.
1.
Metode Ceramah
Metode ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah dengan
kombinasi metode yang bervariasi. Mengapa disebut demikian, sebab ceramah
dilakukan dengan ditujukan sebagai pemicu terjadinya kegiatan yang partisipatif
(curah pendapat,disko, pleno, penugasan, studi kasus, dll). Selain itu, ceramah
yang dimaksud disini adalah ceramah yang cenderung interaktif, yaitu melibatkan
peserta melalui adanya tanggapan balik atau perbandingan dengan pendapat dan
pengalaman peserta. Media pendukung yang digunakan, seperti bahan presentasi
yang ditayangkan dengan LCD, gambar, dll.
a.
Kelebihan
v Guru
mudah menguasai kelas
v Mudah
dilaksanakan
v Dapat
diikuti anak didik dalam jumlah besar.
b.
Kekurangan
v Bila
terlalu lama membosankan
v Menyebabkan
anak didik pasif.
v Sukar
mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar anak didik
2.
Metode Diskusi
Metode ini bertujuan untuk tukar menukar gagasan, pemikiran,
informasi/ pengalaman diantara peserta, sehingga dicapai kesepakatan
pokok-pokok pikiran (gagasan, kesimpulan). Untuk mencapai kesepakatan tersebut,
para peserta dapat saling beradu argumentasi untuk meyakinkan peserta lainnya.
Kesepakatan. Dengan catatan persoalan yang akan didiskusikan
harus dikuasai secara mendalam
pikiran
inilah yang kemudian ditulis sebagai hasil diskusi. Diskusi biasanya digunakan
sebagai bagian yang tak terpisahkan dari penerapan berbagai metode lainnya,
seperti: penjelasan (ceramah), curah pendapat, diskusi kelompok, permainan dll.
a.
Kelebihan
v Menyadarkan
anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan dan bukan satu
jalan (satu jawaban saja).
v Menyadarkan
anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara
konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik
v Membiasakan
anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan
pendapatnya sendiri dan membiasakan bersikap toleran
b.
Kekurangan
v Peserta
diskusi mendapat informasi yang terbatas;
v Dapat
dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara.
3.
Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak
didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau
percobaan. Dengan metode ini anak didik diharapkan sepenuhnya terlibat
merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, menemukan fakta, mengumpulkan
data, mengendalikan variabel, dan memecahkan masalah yang dihadapinya secara
nyata.
a.
Kelebihan
v Metode
ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan
berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku;
v Anak
didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi
eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi, suatu sikap yang dituntut
dari seorang ilmuwan; dan
v Dengan metode ini akan terbina manusia yang
dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil
percobaannya yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
b.
Kekurangan
v Tidak
cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan
mengadakan eksperimen;
v Jika
eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk
melanjutkan pelajaran; serta
v Metode
ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.
4.
Metode Pemberian Tugas
Pemberian tugas dengan arti guru menyuruh anak didik misalnya membaca,
tetapi dengan menambahkan tugas-tugas seperti mencari dan membaca buku-buku
lain sebagai perbandingan, atau disuruh mengamati orang/masyarakatnya
setelah membaca buku itu. Dengan demikian, pemberian tugas adalah suatu
pekerjaan yang harus anak didik selesaikan tanpa terikat dengan tempat.
a.
Kelebihan
v Pengetahuan
yang anak didik peroleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih
lama; dan
v Anak
didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif,
bertanggung jawab, dan berdiri sendiri
b.
Kekurangan
v Seringkali
anak didik melakukan penipuan di mana anak didik hanya meniru hasil pekerjaan
orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri
v Terkadang tugas itu dikerjakan orang lain
tanpa pengawasan.
5.
Metode latihan
Metode latihan (driil) disebut juga metode training,
yaitu suatu cara mengajar untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga,
sebagai sarana untuk memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu,
metode ini dapat digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan,
kesempatan, dan keterampilan.
a.
Kelebihan
v Dapat
untuk memperoleh kecakapan motoris, seperti menulis, melafalkan huruf, membuat
dan menggunakan alat-alat.
v Dapat
membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.
b.
Kekurangan
v Menghambat
bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada
penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dan pengertian.
v Kadang-kadang
latihan yang dilaksanakan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan
mudah membosankan.
6.
Sandiwara
Metode sandiwara seperti memindahkan ‘sepenggal cerita’ yang
menyerupai kisah nyata atau situasi sehari-hari ke dalam pertunjukkan.
Penggunaan metode ini ditujukan untuk mengembangkan diskusi dan analisa
peristiwa (kasus).
a.
Kelebihan
v Dapat meningkatkan
kemampuan analisis suatu masalah
b.
Kekurangan
v Membutuhkan persiapan yang agak lama
7.
Demostrasi
Demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk membelajarkan peserta
dengan cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah pengerjaan
sesuatu. Demonstrasi merupakan praktek yang diperagakan kepada peserta. Karena
itu, demonstrasi dapat dibagi menjadi dua tujuan: demonstrasi proses untuk
memahami langkah demi langkah; dan demonstrasi hasil untuk memperlihatkan atau
memperagakan hasil dari sebuah proses.
Biasanya,
setelah demonstrasi dilanjutkan dengan praktek oleh peserta sendiri. Sebagai
hasil, peserta akan memperoleh pengalaman belajar langsung setelah melihat,
melakukan, dan merasakan sendiri.
a.
Kelebihan
v Para peserta didik dapat lebih memahami mengenai suatu
pelajaran, karena langsung adanya peragaan dari pengajar.
v Menambah keterampilan para siswa
b.
Kekurangan
v Akan terhambat apabila alat yang akan digunakan tidak tersedia
8.
Praktek Lapangan
Metode praktik lapangan bertujuan untuk melatih dan
meningkatkan kemampuan peserta dalam
mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya. Kegiatan ini
dilakukan di ‘lapangan’, yang bisa berarti di tempat kerja, maupun di
masyarakat.
a.
Kelebihan
v Pengalaman nyata yang diperoleh bisa langsung dirasakan oleh
peserta, sehingga dapat memicu kemampuan peserta dalam mengembangkan
kemampuannya.
v Dapat mengembangkan keterampilan
b.
Kekurangan
v Memerlukan waktu yang lama
9.
Permainan (Games)
Permainan (games),
populer dengan berbagai sebutan antara lain pemanasan (ice-breaker) atau
penyegaran (energizer). Arti harfiah ice-breaker adalah ‘pemecah es’. Jadi,
arti pemanasan dalam proses belajar adalah pemecah situasi kebekuan fikiran
atau fisik peserta. Permainan juga dimaksudkan untuk membangun suasana belajar
yang dinamis, penuh semangat, dan antusiasme.
Karakteristik
permainan adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (fun) serta
serius tapi santai (sersan). Permainan digunakan untuk penciptaan suasana
belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab), dan dari jenuh
menjadi riang (segar).
Metode
ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif
dalam suasana gembira meskipun membahas hal-hal yang sulit atau berat.Sebaiknya
permainan digunakan sebagai bagian dari proses belajar, bukan hanya untuk
mengisi waktu kosong atau sekedar permainan.
a.
Kelebihan
v Siswa
dapat memahami pelajaran dengan fun
v Membuat
proses pembelajaran lebih dinamis
v Siswa
lebih aktif
b.
Kekurangan
v Kadang-kadang
ada para siswa yang terhanyut dengan permainannya saja.
B. Metode Evaluasi
Dalam Mengajar
Evaluasi ialah suatu proses pengumpulan data sebagai
bahan pertimbangan mengambil keputusan dan untuk mengukur tingkat keberhasilan
pencapaian tujuan (tes acuan patokan), membentuk kedudukan siswa dalam kelompok
(tes acuan norma), dan memprediksi tingkat dukungan pencapaian (evaluasi
media).
Evaluasi Hasil
Belajar antara lain mengunakan tes untuk melakukan pengukuran hasil belajar.
Tes dapat didefinisikan sebagai seperangkat pertanyaan atau tugas yang
direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait, atribut pendidikan,
psikologik atau hasil belajar yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut
mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar.
Pengukuran diartikan
sebagai pemberian angka pada status atribut atau karakteristik tertentu yang
dimiliki oleh orang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan atau formulasi
yang jelas.
Penilaian adalah
suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang
diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan instrumen test
maupun non-test. Penilain dimaksudkan
untuk memberi nilai tentang kualitas hasil belajar.
Secara klasik
tujuan evaluasi hasil belajar adalah untuk membedakan kegagalan dan
keberhasilan seorang peserta didik. Namun dalam perkembangannya evaluasi dimaksudkan
untuk memberikan umpan balik kepada peserta didik maupun kepada pembelajar
sebagai pertimbangan untuk melakukan perbaikan serta jaminan terhadap pengguna
lulusan sebagai tanggung jawab institusi yang telah meluluskan.
Tes, pengukuran
dan penilaian berguna untuk : seleksi, penempatan, diagnosis dan remedial,
umpan balik, memotivasi dan membimbing belajar, perbaikan kurikulum dan program
pendidikan serta pengembangan ilmu.
Dan untuk
melakukan evaluasi dengan benar maka para guru harus memenuhi beberapa kriteria
di bawah ini.
1.
Sasaran
Evaluasi
Sasaran
evaluasi hasil belajar mahasiswa adalah penguasaan kompetensi. Dalam hal ini
kompetensi diartikan sebagai berikut
a.
Seperangkat tindakan cerdas penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai
syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di
bidang pekerjaan tertentu (SK. Mendiknas No. 045/U/2002).
b.
Kemampuan yang dapat dilakukan oleh peserta didik yang mencakup pengetahuan,
keterampilan dan perilaku;
c.
Integrasi domain kognitif, afektif dan psikomotorik yang direfleksikan dalam
perilaku.
Mengacu
pengertian kompetensi tersebut, maka hasil belajar mahasiswa mencakup ranah
kognitif, psikomotorik dan afektif yang harus dikuasai oleh setiap mahasiswa
setelah pembelajaran berlangsung sesuai dengan rencana pembelajaran yang
disusun oleh dosen.
2.
Tahapan
Evaluasi
Tahapan
pelaksanaan evaluasi hasil belajar adalah penentuan tujuan, menentukan desain
evaluasi, pengembangan instrumen evaluasi, pengumpulan informasi/data, analisis
dan interpretasi serta tindak lanjut..
a.
Menentukan tujuan
Tujuan evaluasi
hasil belajar yaitu untuk mengetahui capaian penguasaan kompetensi oleh setiap
mahasiswa sesuai rencana pembelajaran yang disusun oleh dosen mata kuliah. Kompetensi
yang harus dikuasai oleh mahasiswa mencakup koginitif, psikomotorik dan
afektif.
b.
Menentukan Rencana Evaluasi
Rencana
evaluasi hasil belajar berwujud kisi-kisi, yaitu matriks yang menggambarkan
keterkaitan antara behavioral objectives (kemampuan yang menjadi sasaran
pembelajaran yang harus dikuasai siswa) dan course content (materi sajian yang
dipelajari siswa untuk mencapai kompetensi) serta teknik evaluasi yang akan
digunakan dalam menilai keberhasilan penguasaan kompetensi oleh siswa.
c.
Penyusunan Instrumen Evaluasi
Instrumen
evaluasi hasil belajar untuk memperoleh informasi deskriptif dan atau informasi judgemantal
dapat berwujud tes. Tes dapat berbentuk obyektif atau uraian;. Tes obyektif
dapat berbentuk jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan dan pilihan ganda
dengan berbagai variasi : biasa, hubungan antar hal, kompleks, analisis kasus,
grafik dan gambar tabel. Untuk tes uraian yang juga disebut dengan tes
subyektif dapat berbentuk tes uraian bebas, bebas terbatas, dan terstruktur.
Selanjutnya untuk penyusunan instrumen tes, guru harus mengacu pada pedoman
penyusunan masing-masing jenis dan bentuk tes agar instrumen yang disusun
memenuhi syarat instrumen. yang baik.
d.
Pengumpulan data atau informasi
Pengumpulan
data atau informasi dalam bentuknya adalah pelaksanaan testing/penggunaan
instrumen evaluasi harus dilaksanakan secara obyektif dan terbuka agar
diperoleh informasi yang sahih dan dapat dipercaya sehingga bermanfaat bagi
peningkatan mutu pembelajaran. Pengumpulan data atau informasi dilaksanakan
pada setiap akhir pelak-sanaan pembelajaran untuk materi sajian berkenaan
dengan satu kompetensi dasar dengan maksud guru dan siswa memperoleh gambaran
menyeluruh dan kebulatan tentang pelaksanaan pembelajaran yang telah
dilaksanakan untuk pencapaian penguasaan satu kompetensi dasar
e.
Analisis dan interpretasi
Analisis dan
interpretasi hendaknya dilaksanakan segera setelah data atau informasi
terkumpul. Analisis berwujud deskripsi hasil evalusi berkenaan dengan hasil
belajar siswa, yaitu penguasaan kompetensi; sedang interpretasi merupakan
penafsiran terhadap deskripsi hasil analisis hasil belajar siswa.
Analisis dan
interpretasi didahului dengan langkah skoring sebagai tahapan penentuan capaian
penguasaan kompetensi oleh setiap siswa. Pemberian skoring terhadap tugas atau
pekerjaan siswa harus dilaksanakan segera setelah pelaksanaan pengumpulan data
atau informasi serta dilaksanakan secara obyektif. Untuk menjamin keobyektifan
skoring guru harus mengikuti pedoman skoring sesuai dengan jenis dan bentuk
tes/instrumen evaluasi yang digunakan.
f.
Tindak lanjut
Tindak lanjut
merupakan kegiatan menindak lanjuti hasil analisis dan interpretasi. Sebagai
rangkaian pelaksanaan evaluasi hasil belajar tindak lanjut pada dasarnya
berkenaan dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya berdasarkan
hasil evaluasi pembelajaran yang telah dilaksanakan dan berkenaan dengan
pelaksanaan evaluasi pemebelajaran itu sendiri.
Tindak lanjut
pembelajaran yang akan dilaksanakan selanjutnya merupakan pelaksanaan keputusan
tentang usaha perbaikan pembelajaran yang akan dilaksanakan sebagai upaya
peningkatan mutu pembelajaran. Tindak lanjut berkenaan dengan evaluasi
pembelajaran menyangkut pelaksanaan evaluasi dengan instrumen evaluasi yang
digunakan meliputi tujuan, proses dan instrumen evaluasi hasil belajar.
3.
Teknik-Teknik
Evaluasi
Kita dapat
melaksanakan evaluasi belajar ataupun program melalui berbagai
teknik/pendekatan. Tentu saja setiap pendekatan memiliki kekuatan dan
kelemahannya sendiri. Di bawah ini beberapa teknik evaluasi yang perlu kita
singgung.
a.
Evaluasi melalui tugas-tugas (PR).
Tugas yang
diberikan dengan baik dan jelas dapat membantu peserta didik untuk menampilkan
kemampuan belajarnya termasuk spiritualitas, pengetahuan dan pengertian,
keterampilan serta orisinalitasnya. Oleh karena itu, guru juga harus
memberitahukan prosedur penilaian terhadap tugas yang diberikannya, antara
lain:
1)
Segi kegunaan tugas harus jelas diketahui oleh peserta didik.
2)
Kesesuaian dengan beban studi.
3)
Prosedur penilaian dan kriterianya.
4)
Prosedur atau teknik kerja.
5)
Perundingan segi waktu pekerjaan (berapa lama).
6)
Kesiapan guru dalam memberikan bimbingan.
b.
Evaluasi melalui bantuan rekan.
Sering rekan
pengajar lainnya dapat memberitahukan dengan baik sisi-sisi kekuatan dan
kelemahan kita sendiri dalam banyak segi, seperti kerohanian, watak dan sikap,
minat, pengetahuan dan keterampilan. Guru dapat merencanakan "alat"
bagi keperluan ini, dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang dikemukakan di
atas. Sepatutnyalah guru memandang peserta didiknya (khususnya remaja, pemuda
dan orang dewasa) sebagai "rekan sekerja" yang dapat membantu dirinya
sendiri dalam meningkatkan wawasan dan keterampilan keguruannya.
c. Evaluasi berdasarkan ujian.
Alat yang
sering dipakai dalam kesempatan semacam ini disebut tes. Ada dua jenis
utamanya, yakni:
1) Tes objektif
meliputi pilihan berganda, benar-salah, isian (menjodohkan). Sangat tepat untuk
menilai segi-segi kognitif secara cepat dan menyeluruh. Tetapi jenis tes ini
tidak dapat melihat segi kreativitas peserta didik dengan tepat.
2) Tes esai tertutup disajikan
dengan cara memberikan soal untuk dikaji atau dipikirkan berdasarkan bahan
pengajaran yang diterima murid. Bentuk ujian semacam ini sangat baik dan
mungkin tepat untuk menilai kemampuan belajar, kedalaman, dan ketajaman
pengertian peserta didik. Namun, untuk menilainya diperlukan lebih banyak
waktu.
3) Tes esai
terbuka. Yang sangat dipentingkan dalam hal ini adalah kemampuan memahami,
aplikasif, analisis, sintesis serta evaluatif peserta didik, dengan menggunakan
fakta tertulis (ide, angka-angka, dll).
d. Evaluasi
berdasarkan pengamatan.
Hal ini penting
dalam rangka mengukur keterampilan dan sikap yang dituntut berkembang dalam
diri peserta didik. Karena itu, guru harus menetapkan segi-segi kualitas yang
akan diukur (items) termasuk aspek pengetahuan, penguasaan materi, pengertian,
kemampuan menggunakan alat, keterampilan kerja, komunikasi, dll.
e. Evaluasi berdasarkan interview,
termasuk ujian lisan komprehensif.
Guru dapat
mengukur kemajuan peserta didik dengan cara mengajaknya berbincang-bincang mengenai
pokok tertentu. Kemudian guru memberitahu kemajuan dan kelemahan peserta didik
berdasarkan hasil wawancara itu. Harus disadari bahwa bentuk semacam ini sering
pula mengundang debat emosional dan pembicaraan yang tak tentu arahnya.
C. Penggunaan Sarana dan Prasarana Dalam Mengajar
Dalam
khazanah peristilahan pendidikan sarana dan prasarana mengajar sering disebut-sebut denagan istilah sarana
dan prasarana pendidikan. Kerap kali istilah itu digabung begitu saja menjadi
sarana-prasarana pendidikan. Dalam bahasa Inggris sarana dan prasarana itu
disebut dengan facility (facilities). Jadi, sarana dan prasarana
pendidikan akan disebut educational facilities. Sebutan itu jika
diadopsi ke dalam bahasa Indonesia akan menjadi fasilitas pendidikan.
1. Sarana Mengajar
Sarana pendidikan adalah segala
macam peralatan yang digunakan guru untuk memudahkan penyampaian materi
pelajaran. Sarana
pendidikan itu berdasarkan fungsinya dapat dibedakan menjadi:
a)
Alat pelajaran
Alat pelajaran adalah alat-alat
yang digunakan untuk rekam-merekam bahan pelajaran atau alat pelaksanaan
kegiatan belajar. Yang disebut dengan kegiatan “merekam” itu bisa berupa
menulis, mencatat, melukis, menempel (di TK), dan sebagainya.
Papan
tulis, misalnya, termasuk alat pelajaran jika digunakan guru untuk menuliskan
materi pelajaran. Termasuk juga kapur atau spidol dan penghapus papan tulis.
Buku tulis, pinsil, pulpen atau bolpoin, dan penghapus (karet stip dan
“tipeks”), juga termasuk alat pelajaran.
Alat
pelajaran yang bukan alat rekam-merekam pelajaran, melainkan alat
kegiatan belajar, adalah alat-alat pelajaran olah raga (bola, lapangan, raket,
dsb), alat-alat praktikum, dan alat-alat pelajaran yang digunakan di TK
(gunting, kertas lipat, perekat dsb).
b)
Alat peraga
Alat peraga adalah segala macam alat yang digunakan
untuk meragakan (mewujudkan, menjadikan terlihat) objek
atau materi pelajaran.
Manusia punya raga (jasmani, fisik), karena itu manusia terlihat. Dengan kata
lain, bagian raga dari makhluk manusia merupakan bagian yang tampak, bisa
dilihat (bagian dalam tubuh manusia pun bisa dilihat, tentu saja jika
“dibedah”). Itu intinya “meragakan,” yaitu menjadikan sesuatu yang “tak
terlihat” menjadi terlihat.
“Tak
terlihat” itu termasuk seperti dalam kasus ini: Kambing yang ada jauh di luar
sekolah, tentu tak terlihat. Agar terlihat, kambing itu didekati (murid dibawa
ke tempat kambing), atau didekatkan (kambing dihadirkan ke sekolah). Bunga yang
ada di luar kelas pun tak terlihat murid. Agar terlihat, bunga itu dibawa ke
dalam kelas. Ka’bah, menara Eiffel, Gedung Putih, itu berada nun jauh di
sana, tak terlihat murid. Agar murid tahu bentuk ka’bah, maka ka’bah itu
dihadirkan sosok (raganya) ke dalam kelas (lewat tiruannya atau gambarnya).
Berkaitan
dengan ini harus hati-hati jangan sampai tertukar dengan metode demonstrasi
(metode peragaan), yaitu guru meragakan sesuatu, misalnya guru meragakan
cara rukuk dan sujud yang benar dalam solat. Juga jangan tertukar dengan metode
pemberian contoh (yang mirip dengan metode demonstrasi), misalnya guru
memberi contoh menyanyikan lagu baru, guru memberi contoh cara membaca Qur’an
dengan tartil, dan guru memberi contoh membaca puisi.
Perhatikan ini: Guru yang meragakan cara rukuk
yang benar tidak berubah fungsi menjadi alat peraga, yaitu sebagai alat yang
membantu guru (digunakan guru) meragakan cara rukuk. Guru kan tidak menggunakan
dirinya sendiri sebagai alat bantu dirinya. Tidak ada “jeruk makan jeruk.”
Alat
peraga suka dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
ü Alat peraga sebenarnya, dan
ü Alat peraga tiruan.
Bunga dalam materi pelajaran tentang
bunga dapat diragakan oleh bunga asli, bisa dengan gambar bunga. Otak manusia
sangat sulit untuk diragakan oleh benda aslinya, jadi dibuat alat peraga tiruan
berupa gambarnya atau “bonekanya.” Murid (dan guru) tidak bisa “melihat”
pulau-pulau yang terletak di Indonesia, maka lalu dibuatlah peta untuk
meragakan bentuk dan letaknya.
Para ahli telah sepakat bahwa alat peraga dapat mempertinggi
proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat
mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Ada dua alasan, mengapa alat peraga
dapat berkenaan dengan manfaat alat peraga dalam proses belajar siswa antar
lain :
· Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya
sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai
tujuan pengajaran lebih baik.
· Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak
semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga
siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru tidak
kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.
· Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar,
sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti
mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dsb.
· Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa
sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
Pemilihan dan pemanfaatan alat
peraga juga perlu memperhatikan kretria berikut ini :
Ø
Tujuan
Alat
hendaknya menunjang tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.
Ø
Keterpaduan
(Validitas)
Tepat
dan berguna bagi pemahaman bahan yang dipelajari.
Ø Keadaan peserta didik
Kemampuan daya fikir dan daya tangkap peserta
didik dan besar kecilnya kelemahan
peserta didik perlu dipertimbangkan.
Ø Ketersedian
Pemilihan perlu memperhatikan ada/tidak
alat tersedia diperpustakaan atau di sekolah serta mudah sulitnya diperoleh.
Ø Mutu teknis
Media
harus memiliki kejelasan dan kualitas yang baik.
Ø Biaya
Hal ini merupakan pertimbangan bahwa
biaya yang dikeluarkan apakah seimbang dengan hasil yang dicapai serta ada
kesusuai atau tidak.
c)
Media pendidikan
Media pendidikan (media pengajaran)
itu yang agak lain sifatnya dari alat pelajaran dan alat peraga. Kadang orang
menyebut semua alat bantu pendidikan itu media, padahal bukan. Alat pelajaran
dan alat peraga memerlukan keberadaan guru. Alat pelajaran dan alat peraga
membantu guru dalam mengajar.
Guru mengajarkan materi pelajaran
dibantu (agar murid dapat menangkap pelajaran lebih baik) oleh alat pelajaran
dan alat peraga. Oleh media, di sisi lain guru bisa “dibantu digantikan”
keberadaannya. Dengan kata lain, guru bisa tidak ada di kelas, digantikan oleh
media. Lalu, apa itu media?
Secara
bahasa (asal-usul bahasa atau etimologis) media (medium) itu merupakan
perantara. Jadi, dalam konteks tertentu bahasa ibu bisa disebut sebagai medium
pengajaran yang digunakan di TK-TK di desa-desa.
Bahasa
Inggris merupakan medium pengajaran di sekolah-sekolah internasional. Itu sisi
lain, bukan media sebagai sarana (alat bantu) pendidikan. Begitu pula “dukun”
menjadi “medium” berkomunikasi dengan arwah-arwah leluhur (dalam kepercayaan
tertentu).
Istilah
media digunakan pula dalam bercocok tanam. Arang kulit padi, misalnya, dapat
dijadikan media tanam terbaik bagi tanaman hias tertentu. Air dapat menjadi
media tanam tanaman tertentu (disebut carfa bercocok tanam sistem hidroponik).
Media
(medium) dalam konteks pendidikan, mempunyai makna sama dengan media dalam
komunikasi (karena pendidikan itu juga komunikasi). Media komunikasi merupakan
perantara penyampaian pesan (messages) yang berupa informasi dan
sebagainya, dari komunikator (“pembicara”) ke komunikan (yang diajak “bicara”).
Surat
kabar merupakan media komunikasi masa dari “orang-orang surat kabar” kepada
masa (publik, masyarakat). “Orang-orang surat kabar” itu maksudnya semua yang
berkomunikasi lewat surat kabar. Jadi, ada pemasang iklan yang berkomunikasi
kepada masyarakat luas lewat media surat kabar. Ada Presiden yang berkomunikasi
(dikomunikasikan oleh wartawan) lewat media surat kabar. Begitu halnya dengan
radio dan televisi.
Jadi,
inti makna media adalah sesuatu (apapun) yang di dalamnya terkandung pesan
(message) komunikasi, merupakan saluran (perantara) komunikasi. Dengan
pengertian dasar serupa itu, maka yang disebut media pendidikan dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang
berisikan pesan berupa materi pelajaran dari pihak pemberi materi pelajaran
kepada pihak yang diberi pelajaran.
Ke
dalam kelompok media pendidikan itu akan termasuk buku pelajaran, CD berisi
materi pelajaran, tayangan TV yang berupa materi pelajaran, rekaman suara yang
berupa materi pelajaran, dan sebagainya.
Hati-hati!
Pesawat televisi sendiri bukan media. Pesawat radio sendiri bukan media. Tape
recorder sendiri bukan media. Itu hanya alat-alat yang bisa dimomoti pesan.
Jika murid menyetel televisi dan menonton “Dangdut Mania,” pesawat TV itu bukan
(tidak) berfungsi sebagai media pendidikan, melainkan sebagai media hiburan.
Pesawat televisi yang dijajakan di toko elektronik, bukan media apapun, hanya
barang dagangan.
Agar
tidak kacau balau menyamamaknakan alat peraga sebagai media pendidikan, harus
dicermati sifat khas media, yaitu ada pesan komunikasi pendidikan di dalamnya
yang berupa materi pelajaran yang:
(1)
Tuntas, yaitu sudah menyeluruh;
(2)
Jelas, tidak memerlukan penjelasan dari guru;
(3)
Bisa “ditangkap” langsung oleh murid.
2. Prasarana pendidikan
Nah,
jika sarana pendidikan sudah terpahami, maka apa yang disebut dengan prasarana
pendidikan dapat diduga seperti apa. Prasarana
pendidikan adalah segala macam alat, perlengkapan, atau benda-benda yang dapat
digunakan untuk memudahkan (membuat nyaman) penyelenggaraan pendidikan.
Ruang
kelas itu termasuk prasarana pendidikan. Meja dan kursi itu termasuk prasarana
pendidikan. Jelasnya, kegiatan belajar di ruang kelas (yang sejuk dan sehat)
tentu lebih nyaman dibandingkan di luar ruangan yang panas berdebu. Belajar
dengan duduk di kursi yang nyaman tentu lebih enak daripada duduk di bangku
yang reyot atau “lesehan” (duduk-duduk bersila). Menulis beralaskan meja tentu
lebih nyaman dibandingkan menulis beralaskan lantai. Nah, awas, diulang lagi:
meja bukan alat untuk menuliskan pelajaran !
Hati-hati:
Meja bisa menjadi alat peraga (model) dalam pelajaran membuat meja di “sekolah
pertukangan.” Kursi bisa menjadi alat pelajaran berhitung (menghitung kursi) di
TK atau Kelas I SD. Tapi, ini agak tumpang tindih (“jumbuh”) dengan objek
pelajaran, yaitu “sesuatu yang dijadikan materi pelajaran.” Kursi bisa menjadi
obejk pelajaran jika murid diminta menggambar kursi, seperti jika murid diminta
menggambar “tugu Jogja” langsung di dekat tugu tersebut.
Apakah
kamar mandi dan WC termasuk prasarana pendidikan? Bukan, jika untuk buang air
dan sebagainya. Itu sarana kesehatan. Tapi, jika digunakan untuk “toilet
training” murid TK, jadilah dia alat pelajaran, alat yang digunakan untuk
mengajari murid TK bagaimana buang air dan bersih diri sendiri dengan “benar.”
Misalnya diajari untuk tidak buang air kecil di lantai kamar mandi, melainkan
di klosetnya, agar tidak meninggalkan amoniak yang bisa menimbulkan bau
menyengat.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah kami coba menguraikan
pembahasa makalah ini. Kami dapat menyimpulkan bahwa :
Metode belajar ternyata memiliki
keragaman, tergantung kita sebagai calon guru, mau menggunakan metode yang
mana, sesuai kemampuan dsb.
Dalam proses belajar dan mengajar
ternyata bukan hanya metode saja yang mesti diperhatikan, tapi sarana serta
prasaranapun harus kita perhatikan dengan cermat, karena itu sangat berpengaruh
terhadap kesuksesan kita dalam mengajar.
Adanya
perbedaan pengertian antara sarana & prasarana yang selama ini memiliki
artian yang sama di masyarakat.
B. Saran-Saran
Dari penulisan makalah ini tentunya masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyaknya kekurangan, oleh sebab itu kritik dan saran
yang sifatnya membangun tetap penulis harapkan demi sempurnanya makalah ini,
dan apabila dalam tulisan ini ada yang salah baik itu dari kalimat ataupun
susunannya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Harjanto.2005.Perencanaan Pengajaran.Jakarta: Rineka Citra
Majid,Abdul.2005.Perencanaan Pembelajaran: Bandung.Remaja
Rosdakarya.